Wisata Edukasi Bareng Anak di Situs Gunung Padang

Wisata Edukasi Bareng Anak di Situs Gunung Padang

fxmuchtar - d'Traveler - Selasa, 27/01/2015 15:30:00 WIB
Hooligantourtravel.wordpress -  
Situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur masih menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan. Tak salah mengajak si buah hati untuk berwisata ke Gunung Padang. Selain bisa belajar, Anda juga bisa mengagumi peninggalan sejarah tersebut.

Sehari setelah ajang pameran IIMS 2014, teman saya, Misbah, mengajak pergi ke Gunung Padang. Segera saja saya menyetujui ajakannya. Akhirnya keluarga saya dan keluarganya pergi bareng ke Gunung Padang.

Untuk menghindari kepadatan lalu lintas Bandung, pukul 6 pagi kami sudah melesat meninggalkan Bandung. Mobil terus melaju tanpa hambatan di jalur Rajamandala menuju Ciranjang.

Karena lapar, kami berhenti di Bubur Ayam Cianjur. Bubur Ayam Cianjur memang sedikit berbeda dengan yang biasa dijual di Bandung, ada tambahan sedikit rempah-rempah dan sayuran yang menambah cita rasanya. Tak lama, kami kembali melakukan perjalanan menuju Gunung Padang.

Tak jauh setelah melewati Jalan Warung Kondang, sudah ada petunjuk menuju Gunung Padang. Masih 20 km lagi. Kira-kira 1 jam perjalanan karena kondisi jalan yang tidak baik di sebagian tempat. 

Setelah melewati beberapa jalan yang sangat jelek, melewati kawasan perkampungan dan persawahan, sampailah kami di sekitar stasiun tua yang bernama Lampegan. Saya bilang Ke Misbah, nanti saja lihat stasiun Lampegan setelah dari Gunung Padang. Kami pun langsung menuju ke Gunung Padang. 

Melewati jalur berliku dan jalanan yang kecil kami meneruskan perjalanan. Untungnya pemandangan dari Stasiun Lampegan ke Gunung Padang sangat indah. Alam pegunungan yang didominasi perkebunan the menjadi santapan utama mata.

Sayang, perkebunan tehnya menurut saya kurang terawat dibandingkan yang di kawasan Sari Ater Subang. Setelah melewati turunan terakhir, sampailah di gerbang pertama Gunung Padang, lalu masuk ke area parkir.

Semua mobil pun harus parkir di tempat parkir. Ongkos parkirnya sebesar 5.000 rupiah. Jika tidak mau jalan, bisa menggunakan ojek sampai ke gerbang pertama dan membayar Rp 5.000. Kalau mau hingga atas bayarnya Rp 25 ribu.

Setelah membayar karcis masuk sebesar Rp 2.000, kami berenam bersiap menaiki Gunung Padang, menjelajahi warisan budaya dan sejarah masa lalu yang masih dipenuhi misteri.

Oh ya, sebelum naik sebaiknya tunaikan dulu kebutuhan buang air kecil hingga besar, sebab di atas tidak ada wc dan sejenisnya. Untungnya sekarang sudah ada wc yang cukup baik untuk pengunjung. 

Saya mengajak keluarga untuk singgah dulu di sebuah sumber mata air di awal tangga Gunung Padang. Orang umum mengenalnya sebagai Sumur Jodoh, namun sejatinya tempat itu adalah tempat bersuci dan membersihkan diri bagi orang yang mau beribadat di Gunung Padang.

Setelah itu kami menaiki tangga, dan ada dua pilihan tangga. Jalur kiri adalah jalur purba menuju pelataran pertama Gunung Padang. Yang jelas jalur itu lebih pendek dibanding jalur baru, namun cukup terjal. Jalur kedua di sebelah kanan adalah jalur baru. Tangganya cukup nyaman dan terbuat dari tembok. Namun jalurnya lebih panjang ketimbang jalur pertama

Saya memilih jalur pertama, agar keluarga saya mengetahui dan merasakan sendiri sensasi menaiki tangga Gunung Padang. Justru anak-anak kami lebih semangat menaiki tangga ini sambil eksis selfie di hampir tiap tangganya.

Setelah berhasil menaklukan tangga-tangga purba itu, sampailah kami di pelataran pertama. Sambil menahan nafas, pemandangan indah dan sungguh menarik terpampang di hadapan kami. Tumpukan batu-batu besar berserakan di mana-mana.

Dalam perjalanan tahun 2010, saya mencatat bahwa Gunung Padang yang berlokasi di Desa Karya Mukti, Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, ditemukan pada tahun 1914 oleh sejarawan Belanda bernama NJ Krom. 

Gunung Padang dalam Bahasa Sunda berarti Caang atau terang benderang. Ada juga yang mengartikan bahwa padang berasal dari kata Pa (tempat), Da (agung) dan Hyang (dewa, leluhur) sehingga artinya adalah tempat agung para dewata atau leluhur. 

Informasi lainnya, situs Gunung Padang merupakan situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Hal ini menjadi bukti keluhuran bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Sunda.

Untuk apa dibangun? Siapa yang membangun? Mengapa dibangun di lokasi itu? Dari mana saja material bangunannya, dan bangunan apa saja? Itulah yang menjadi bagian misteri dari Gunung Padang yang sedang dipecahkan oleh anak bangsa. 

Gunung Padang lahir dari kearifan dan keunggulan masyarakat Sunda. Pembangunan Gunung Padang sangat memperhatikan berbagai aspek demi tercapainya harmoni bumi dan langit.

Hal itu juga menunjukan bahwa leluhur Sunda itu adalah orang-orang pintar dan sangat mengerti perkembangan keilmuan yang luar biasa tinggi. 

Baiklah, saatnya penjelajahan warisan budaya leluhur ini. Ada apa saja di Gunung Padang ini? Saat pertama ke Gunung Padang, saya merasa seperti Nicolas Cage dalam film National Treasure. Serakan batu-batu andesit besar, simbol-simbol yang tersebar dan menanti untuk dikumpulkan, disingkap dan dipecahkan. 

Setelah menaklukkan tangga terjal, kita akan sampai di pelataran pertama. Gunung Padang memiliki lima pelataran yang memiliki fungsi yang berbeda. Pelataran pertama memiliki dimensi paling besar dari seluruh pelataran yang lainnya. Di pelataran pertama ini terdapat Ruang Kesenian dan Gunung Masigit. 

Sebelum naik tangga menuju pelataran kedua, terdapat gundukan batu yang membetuk bukit. Masyarakat setempat menyebutnya Gunung Masigit. Entah dipergunakan apa lokasi itu dulunya.

Adapun Batu gamelan yang menarik perhatian anak-anak dan keluarga. Larangan memukul-mukul bebatuan di area itu tak menyurutkan niat mereka untuk mencoba batu gamelan dan batu gong. Disebut begitu mungkin dikaitkan dengan adanya dua batu yang mengeluarkan bunyi yang memiliki nada. 

Ruang Kesenian mempunyai susunan batu tegak seperti pagar di keempat sisinya. Pada struktur ini terdapat dua pintu yang ditandai dengan adanya dua buah batu tegak yang berukuran lebih besar dari batu-batu penyusun batas struktur. 

Batu gamelan yang mengeluarkan nada setiap dipukul terletak di luar ruangan kesenian. Sementara batu gong berada di dalam ruang. Entah mengapa batu gamelan bisa terpisah dan berada di luar ruang kesenian.

Setelah melakukan penjelajahan dan selfie di pelataran pertama, kami menuju pelataran selanjutnya. Sayangnya Gunung Padang saat ini sedang diteliti secara intensif, sehingga beberapa spotnya dilindungi oleh pembatas. 

Saya mencoba memberanikan diri melewati pembatas tali, ternyata tidak dilarang. Bersama keluarga Misbah kami mencoba menjelajahi pelataran kedua. Ini. Ada Satu tempat yang dinamakan Mahkota Dunia yang digambarkan seperti lumbung dan melambangkan sikap mau berbagi. 

Di pelataran ketiga terdapat sebuah batu yang oleh masyarakat disebut dengan "Batu Tapak Kujang" yang berarti "Batu Bekas Telapak Kaki Kujang". Kujang adalah sebuah senjata tradisional Sunda yang memiliki filosofi mendalam.



<script type="text/javascript"><!--
document.write('<s'+'cript type="text/javascript" src="http://iklanblogger.com/show.php?z=14&pl=19917&shape=1&j=1&code='+new Date().getTime()+'"></s'+'cript>'); 
// --></script>
<noscript>
<iframe src="http://iklanblogger.com/show.php?z=14&pl=19917&shape=1" width="300" height="252" marginwidth="0" marginheight="0" hspace="0" vspace="0" frameborder="0" scrolling="no"></iframe>
</noscript>

Comments

Popular posts from this blog

TEMPAT-TEMPAT PEMAKAMAN MANTAN ORANG NO 1 DI KAB. CIANJUR

30 LEBIH PANTAI DI JAWA BARAT TAK KALAH DENGAN PANTAI_PANTAI DI KEPULAUAN LAIN

PERTEMPURAN RAKYAT JAWA BARATPERTEMPURAN BOJONG KOKOSAN SUKABUMI-CIANJUR-BANDUNG)