Mendaki Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat menjadi pengalaman naik gunung pertama yang tak terlupakan. Siapapun traveler yang pertama mendakinya pasti akan terkejut akan keindahannya.
Hujan bulan November tidak menghalangi niat saya bersama teman-teman untuk menyapa matahari di puncak Gunung Gede. Surat izin mendaki gunung tersebut (Simaksi) yang sudah dipesan sejak sebulan yang lalu kini sudah di tangan. Booking pendakian untuk Gunung Gede memang perlu dilakukan jauh-jauh hari, mengingat banyaknya peminat yang ingin menaklukkan gunung tertinggi ketiga di Jawa Barat tersebut.
Pendaftaran pendakian dapat dilakukan melalui website resmi milik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu di : http://booking.gedepangrango.org/. Pada URL tersebut Anda sebagai calon pendaki Gunung Gede maupun Pangrango dapat mengetahui jumlah pendaftar atau sisa kuota untuk tanggal pendakian yang Anda inginkan. Kuota maksimal untuk satu hari adalah 600 pendaki. Jadi, jika Anda ingin mendapatkan kuota tersebut, pastikan melakukan pemesanan sejak jauh-jauh hari.
Bersama empat teman lainnya, kami memilih jalur pendakian melalui Gunung Putri. Berbedanya lokasi domisili membuat kami menentukan meeting point, yaitu Pasar Cibodas. saya dan dua orang teman yang berangkat dari Bogor, memilih moda transportasi umum untuk mencapai Pasar Cibodas.
Dari daerah Dramaga, kami menggunakan angkot kampus dalam menuju Terminal Laladon, dilanjutkan dengan angkot 03 Baranang Siang, dan terakhir memilih angkot 01 jurusan Ciawi. Tiba di Pasar Ciawi kurang lebih pukul 6:30 pagi. Perjalanan masih harus dilanjutkan dengan menggunakan bus jurusan Cianjur, yaitu bus Marita. Ongkos untuk bus tersebut adalah Rp. 15.000/orang. 
Bus tersebut dilengkapi dengan AC sehingga nyaman untuk dijadikan alternatif transportasi kami. Selain itu, sebenarnya dari terminal Baranang Siang terdapat angkutan berupa mobil colt yang juga berangkat menuju Cianjur yang dapat dijadikan pilihan lainnya untuk menuju Pasar Cibodas. Jalan raya Puncak menuju Cianjur cukup padat pagi itu. 
Mengingat ini weekend sehingga tak jarang banyak wisatawan yang ingin menepi ke pinggir kota, yaitu wilayah Puncak dan sekitarnya. Kami tiba di Pasar Cibodas ketika waktu menunjukkan pukul 08:00. Sembari menunggu dua orang teman lainnya, kami memutuskan untuk sarapan dan membeli logistik pendakian. Karena hanya akan menginap satu malam saja, kami tidak membeli perbekalan yang terlalu banyak. Kami pilih makanan-makanan instan serta beberapa botol air minum.
Pukul 09:00, teman kami tiba. Kami segera menyewa angkot menuju daerah Gunung Putri. Harga sewa angkot tersebut adalah Rp. 100.000. Perjalanan menuju titik awal pendakian memakan waktu kurang lebih 30 menit. Rintik hujan mulai turun ketika angkot baru saja melaju. Dari Pasar Cibodas angkot yang kami tumpangi berbelok ke sebuah jalan kecil beraspal, yang kanan dan kirinya dihiasi oleh hamparan lahan pertanian sayur.
Sesampainya di titik awal jalur pendakian, saya dan teman-teman memutuskan untuk mengenakan jas hujan. Hal itu dilakukan karena hujan tidak kunjung reda dan kami harus segera mulai pendakian jika tidak ingin kemalaman di jalan. Kami bergerak menuju pos pemeriksaan surat izin pendakian (simaksi) ketika jam di tangan menunjukkan pukul 10:30 WIB. Setelah mendapatkan penjelasan singkat seputar pendakian dan hal-hal yang boleh serta tidak boleh dilakukan, kami pun bergerak naik.
Menurut penjelasan salah seorang teman yang kebetulan sudah pernah mendaki gunung Gede, waktu untuk mencapai alun-alun Surya Kencana kurang lebih 5 hingga 6 jam. Kenapa Surya Kencana?. Hal itu dikarenakan, kebiasaan para pendaki Gunung Gede untuk berkemah atau bermalam disana sebelum summit pada keesokan harinya.
Perjalanan kami masih ditemani rintik hujan yang hilang-timbul dari langit. Matahari malu-malu menunjukkan rupanya, kalah oleh mendung yang menyelimuti langit di atas kami. Tidak terasa tanjakan demi tanjakan semakin terjal saja. saya dan teman-teman sudah mulai kelelahan dan merasa lapar. Pukul 15:00, kami memutuskan untuk beristirahat, beribadah, dan makan. Setelah dirasa cukup, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali.
Kami sampai di alun-alun Surya Kencana pukul 18:00. Total perjalanan kurang lebih memakan waktu hampir delapan jam. Mungkin karena aku dan satu orang teman perempuan lainnya adalah pendaki pemula yang masih miskin pengalaman. Sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tersebut.
Ketiga teman laki-laki mulai memasang tenda. Kami memasang dua tenda, satu untuk perempuan dan satu lagi untuk laki-laki. Khawatir akan hujan deras pada malam hari, kami memasang penutup tenda (plesit) ekstra untuk mencegah rembesan air hujan masuk ke tenda kami. Pukul 19:00 setelah selesai memasang tenda, mengambil air di mata air, dan beribadah, kami mulai mempersiapkan makan malam sederhana kami. Makan malam kali ini adalah mie rebus ditambah dengan telur dan secangkir kopi untuk masing-masing orang.
Karena cuaca sangat dingin, kami memutuskan untuk segera masuk ke tenda dan beristirahat. Berencana akan summit setelah subuh pada keesokan harinya dan melihat sun rise di puncak gunung Gede.
Malam semakin larut, udara semakin dingin dan suhu semakin turun drastis. Saya yang berasal dari dataran Sumatra yang panas, tidak dapat menoleransi udara tersebut. Sleeping bag yang kupakai tidak banyak membantu mengatasi dingin.  Waktu menunjukkan pukul 04:00 WIB ketika aku mulai mendengar suara adzan dari alarm salah seorang pendaki. 
Rintik hujan belum juga tuntas. Setelah beribadah shalat subuh dan sarapan, akhirnya kami memutuskan untuk menunda perjalanan menuju puncak dan beristirahat sedikit lebih lama. Saya dan Arin memutuskan untuk mengabadikan beberapa momen dengan berfoto di padang edelweis. Cukup menyegarkan pikiran yang beberapa bulan penat karena pekerjaan dan rutinitas kantor.
Pukul 09:00 kami selesai mengemasi tenda serta barang-barang, dan memulai perjalanan menuju Puncak Gede. Perajanan kurang lebih memakan waktu 1,5 jam. Tidak ada lagi bonus berupa jalanan datar atau landai, semua mulai menanjak tiada henti. Jika ingin beristirahat, kami harus ke sisi jalan dan berpegangan pada pohon atau batu agar tidak tergelincir. Sisa hujan meninggalkan jalanan becek dan licin.
Suasana jalur menuju puncak Gunung Gede cukup ramai. Saling menyapa, saling memberikan semangat, bahkan saling menawarkan makanan/minuman adalah hal biasa dilakukan oleh rekan sesama pendaki. Sangat akrab bahkan kepada orang yang baru dikenal.
Sampai di Puncak Gede, saya mengabadikan beberapa pemandangan indah dan menakjubkan ciptaan Tuhan. Ada perasaaan senang dan puas karena saya berhasil sampai di puncak gunung tersebut. Semua lelah mendaki sirna seketika ketika menginjakkan kaki di 2958 meter di atas permukaan laut, puncak gunung Gede. Salah satu gunung yang telah sejak lama ingin kudaki.
Kawah gunung terhampar jelas di bawah kaki saya. Aroma belerang yang merupakan aroma khas kawah-kawah gunung berapi menusuk hidung, namun sama sekali tidak mengurangi kekagumanku terhadap ciptaan Tuhan. Pemandangan Gunung Pangrango menjadi bonus tersendiri yang biasanya dinikmati oleh pendaki Gede. Karena letaknya yang bersebelahan membuat Gunung Gede serasa begitu dekat dan agung.
Waktu menunjukkan pukul 11:30 ketika kami sudah puas berfoto-foto dan beristirahat. Perjalanan turun dilanjutkan dengan memilih jalur Cibodas bukan Gunung Putri. Cuaca cukup cerah ketika kami mulai bergerak menuruni puncak, namun itu tidak bertahan lama. Setelah berjalan kurang lebih satu jam, rintik hujan mulai turun.
Kami beristirahat sebentar di daerah Kedung Batu, mengisi perut dengan perbekalan yang masih tersisa, minum, dan meluruskan kaki. Perjalanan turun memang tidak terlalu melelahkan, namun tidak dapat diremehkan karena harus lebih hati-hati jika tidak ingin tergelincir di jalanan yang licin.
Salah satu alasan memilih jalur Cibodas untuk turun gunung adalah karena ingin mencoba merasakan dan menikmati keindahan sumber air panas alami berupa air terjun yang terletak di bawah pos Kedung Batu. Hanya terdapat titian berupa batu sungai yang basah dan tali yang dipasang oleh pihak pengelola, jadi dibutuhkan kehati-hatian lebih untuk melewatinya. 
Sensasi yang jarang saya rasakan ketika air panas tersebut memercik mengenai tubuh. Karena cuaca sangat dingin, air panas tersebut hanya berasa hangat ketika kusentuh. Pukul 14:00 hujan sesekali turun dengan derasnya. Kami sudah siap dengan jas hujan masing-masing dan melangkah lebih hati-hati menyusuri jalanan berbatu pada jalur tersebut.
Hari semakin gelap dan hujan semakin deras, waktu baru saja menunjukkan pukul 17:00 ketika kami sampai di pos terakhir sebelum jalur ini berakhir. Bersama pendaki lainnya kami saling berbagi penerangan dengan senter dan headlamp yang kami miliki.
Kami sampai di pos pemeriksaan akhir Cibodas pukul 18:00. Setelah beristirahat beberapa saat, kami memutuskan untuk segera pulang karena sudah sangat lapar dan basah karena guyuran hujan.
Secara menyeluruh ini pengalaman pertama mendaki gunung ditemani guyuran hujan yang begitu deras. Meskipun tidak berhasil menyapa sunrise atau sunset, saya cukup puas dengan pengalaman pendakian Gunung Gede kali ini.

Comments

Popular posts from this blog

TEMPAT-TEMPAT PEMAKAMAN MANTAN ORANG NO 1 DI KAB. CIANJUR

30 LEBIH PANTAI DI JAWA BARAT TAK KALAH DENGAN PANTAI_PANTAI DI KEPULAUAN LAIN

PERTEMPURAN RAKYAT JAWA BARATPERTEMPURAN BOJONG KOKOSAN SUKABUMI-CIANJUR-BANDUNG)